Gitu lohh !!!!!!!!!!
Rabu, 20 Maret 2013
Tentang Macan Asia
10 Fakta Terunik Negara Macan Asia (Jepang)
1. Di perempatan jalan Kyoto, perempatan jalan yang kecil, tidak ada mobil sama sekali, tapi ada lampu merahnya, pejalan kaki selalu berhenti ketika lampu tanda pejalan kaki menunjukkan warna merah. Mereka santai saja, baca koran, ngobrol, ngerokok, dan kemudian jalan lagi ketika lampu sudah kembali berwarna hijau. Padahal tidak ada mobil yang lewat satupun. Mungkin kalau mereka melanggar peraturan juga tidak akan celaka.
2. Mereka tidak percaya Tuhan (mayoritas atheis), tapi mereka bisa disiplin dan taat sama peraturan. Mungkin karena itu negara mereka maju.
3. Bunga sakura adalah bunga yang spesial di Jepang, karena bunganya hanya tumbuh 2 minggu selama setahun. Ketika tumbuh, bunganya memenuhi seluruh pohon, tanpa daun. Setelah 2 minggu, tidak ada satupun bunga sakura, yang ada hanyalah daun-daun hijau, tanpa bunga, dan jadi tidak menarik lagi.
4. Sepeda tidak boleh dipakai boncengan, kecuali yang memboncengkannya berusia lebih dari 16 tahun dan anak yang diboncengkan berusia kurang dari satu tahun dan hanya seorang saja yang diboncengkan. Bila dilanggar, dendanya maksimal 20 ribu yen.
5. Di Indonesia, kita bakal dapat uang kalau kita menjual barang bekas kita ke toko jual-beli. Tapi di Jepang, kita malah harus bayar kalau mau menaruh barang kita di toko jual-beli. Itulah sebabnya kenapa orang Jepang lebih memilih meninggalkan TV bekas mereka begitu saja kalau mau pindah apartemen.
6. Sebelum bepergian, biasanya orang Jepang selalu mengecek ramalan cuaca. Dan 90% ramalan cuaca itu akurat. Itu sebabnya kalau ada orang bawa payung, pasti kita akan lihat orang yang lainnya lagi bawa payung juga. Dan perempatan Shibuya adalah tempat yang paling menarik ketika hujan, karena dari atas kita akan melihat lautan payung yang berwarna-warni.
7. Kalau naik eskalator di Tokyo, kita harus berdiri di sebelah kiri, karena sebelah kanan adalah untuk orang yang terburu-buru. Jangan sekali-kali berdiri di kanan kalau kita tidak langsung naik.
8. Jika naik taxi di Jepang, pintu dibuka dan ditutup oleh supir. Penumpang dilarang membuka dan menutupnya sendiri.
9. Di Jepang, angka “4″ dan “9″ tidak disukai, sehingga sering tidak ada nomor kamar “4″ dan “9″. “4″ dibaca “shi” yang sama bunyinya dengan yang berarti “mati”, sedangkan “9″ dibaca “ku”, yang sama bunyinya dengan yang berarti “kurushii / sengsara.
10. Cara baca tulisan Jepang ada dua style : yang sama dengan buku berhuruf Roman alphabet huruf dibaca dari atas ke bawah, dan yang kedua adalah dari kolom paling kanan ke arah kiri. Sehingga bagian depan dan belakang buku berlawanan dengan buku Roman alphabet (halaman muka berada di “bagian belakang”).
Rabu, 15 Februari 2012
Tata Cara Pernikahan Di Jepang
Walaupun ada banyak cara untuk merayakan sebuah pernikahan di Jepang, namun kebanyakan pasangan mengikuti ritual tradisi Shinto. Shinto (cara-cara Dewa) adalah kepercayaan tradisional masyarakat Jepang dan merupakan agama yang paling populer di Jepang di samping agama Budha.
Saat ini, adat pernikahan bergaya Barat, seperti ritual pemotongan kue, pertukaran cincin, dan bulan madu, sering kali dipadukan dengan adat tradisional Jepang.
Upacara pernikahan Shinto sifatnya sangat pribadi, hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Seringkali diadakan di sebuah tempat suci atau altar suci yang dipimpin oleh pendeta Shinto. Banyak hotel dan restauran yang dilengkapi dengan sebuah ruangan khusus bagi upacara pernikahan.
Selama hari-hari keberuntungan tertentu dalam kalender Jepang, sangat lumrah untuk melihat lusinan pasangan mengikat janji dalam pernikahan Jepang di tempat suci Shinto.
Di awal upacara pernikahan, pasangan dimurnikan oleh pendeta Shinto. Kemudian pasangan berpartisipasi dalam sebuah ritual yang dinamakan san-sankudo. Selama ritual ini, mempelai perempuan dan pria bergiliran menghirup sake, sejenis anggur yang terbuat dari beras yang difermentasikan, masing-masing menghirup sembilan kali dari tiga cangkir yang disediakan.
Saat mempelai perempuan dan pria mengucap janji, keluarga mereka saling berhadapan (umumnya kedua mempelai yang saling berhadapan). Setelah itu, anggota keluarga dan kerabat dekat dari kedua mempelai saling bergantian minum sake, menandakan persatuan atau ikatan melalui pernikahan.
Upacara ditutup dengan mengeluarkan sesaji berupa ranting Sakaki (sejenis pohon keramat) yang ditujukan kepada Dewa Shinto. Tujuan kebanyakan ritual Shinto adalah untuk mengusir roh-roh jahat dengan cara pembersihan, doa dan persembahan kepada Dewa.
Prosesi singkat ini sederhana dalam pelaksanaannya namun sungguh-sungguh khidmat. Maknanya untuk memperkuat janji pernikahan dan mengikat pernikahan fisik kedua mempelai secara rohani.
Apabila sepasang mempelai Jepang ingin melaksanakan pernikahan tradisional Jepang yang murni, maka kulit sang mempelai perempuan akan dicat putih dari kepala hingga ujung kaki yang melambangkan kesucian dan dengan nyata menyatakan status kesuciannya kepada para dewa.
Mempelai perempuan umumnya akan diminta memilih antara dua topi pernikahan tradisional. Satu adalah penutup kepala pernikahan berwarna putih yang disebut tsuni kakushi (secara harafiah bermakna "menyembunyikan tanduk"). Tutup kepala ini dipenuhi dengan ornamen rambut kanzashi di bagian atasnya di mana mempelai perempuan mengenakannya sebagai tudung untuk menyembunyikan "tanduk kecemburuan", keakuan dan egoisme dari ibu mertua - yang sekarang akan menjadi kepala keluarga.
Masyarakat Jepang percaya bahwa cacat karakter seperti ini perlu ditunjukkan dalam sebuah pernikahan di depan mempelai pria dan keluarganya.
Penutup kepala yang ditempelkan pada kimono putih mempelai perempuan, juga melambangkan ketetapan hatinya untuk menjadi istri yang patuh dan lembut dan kesediannya untuk melaksanakan perannya dengan kesabaran dan ketenangan. Sebagai tambahan, merupakan kepercayaan tradisional bahwa rambut dibiarkan tidak dibersihkan, sehingga umum bagi orang yang mengenakan hiasan kepala untuk menyembunyikan rambutnya.
Hiasan kepala tradisional lain yang dapat dipilih mempelai perempuan adalah wata boushi. Menurut adat, wajah mempelai perempuan benar-benar tersembunyi dari siapapun kecuali mempelai pria. Hal ini menunjukkan kesopanan, yang sekaligus mencerminkan kualitas kebijakan yang paling dihargai dalam pribadi perempuan.
Mempelai pria mengenakan kimono berwarna hitam pada upacara pernikahan.
Ibu sang mempelai perempuan menyerahkan anak perempuannya dengan menurunkan tudung sang anak, namun, ayah dari mempelai perempuan mengikuti tradisi berjalan mengiringi anak perempuannya menuju altar seperti yang dilakukan para ayah orang Barat.
Seperti umumnya di Indonesia, para tamu yang diundang pada pesta pernikahan di Jepang, perlu membawa uang sumbangan dalam dompet mereka. Hal ini karena mereka diharapkan memberikan pasangan goshugi atau uang pemberian yang dimasukkan dalam amplop, yang dapat diberikan baik sebelum atau sesudah upacara pernikahan.
Di akhir resepsi pernikahan, tandamata atau hikidemono seperti permen, peralatan makan, atau pernak-pernik pernikahan, diletakkan dalam sebuah tas dan diberikan kepada para tamu untuk dibawa pulang.
Jika kita menerima surat undangan pernikahan dari seorang teman warga negara jepang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Menjawab Undangan Pernikahan
Setelah undangan diterima, diharuskan kita segera membalas isi undangan tsb, dengan mengirimkan kartu pos apakah dapat hadir atau tidak.
1A. Jika Tidak Dapat Hadir
a. Dalam kartu pos kita tulis ucapan selamat & alasan tidak bisa hadir, misalnya;
"Kekkon omedetou gozaimasu. Zannen nagara, toujitsu wa kaigaishucchou no tame,
shussekisuru koto ga dekimasen. Douzo oshiawase".
(Selamat atas pernikahan anda. Sayang sekali, pada hari tersebut saya tidak bisa
hadir karena ada tugas ke luar negri. Semoga berbahagia).
b. Mengirinkan hadiah tanda ikut bergembira. Tetapi perlu diingat, ada beberapa barang yang tidak bisa diberikan karena dipercaya orang jepang dapat merusak kehidupan rumah tangganya kelak, yaitu;
- Pisau, gunting, dll, barang yang dapat memutuskan sesuatu, karena khawatir akan
memutuskan ikatan pernikahan kelak.
- Barang pecah belah sepeti gelas kaca, keramik, dll karena khawatir akan memecah
belah kerukunan berumah tangga.
1B. Jika Dapat Hadir
a. Dalam kartu pos kita ucapan selamat & terima kasih atas undangan tersebut,
misalnya;
"Kekkon omedetou gozaimasu. Yorokonde shussekisaseteitadakimasu".
(Selamat atas pernikahan anda. Dengan senang hati saya akan menghadirinya).
2. Pakaian Yang Digunakan
Pakaian yang digunakan, untuk pria black suit, untuk wanita gaun, kimono,
atau pakaian daerah lainnya.
3. Mempersiapkan Hadiah Pernikahan Berupa Uang
- Mempersiapkan uang yang disebut "Goshuugi" (congratulatory monetary gift) yg
dimasukan ke dalam amplop khusus yang disebut "Shuugibukuro" (congratulatory
envelope). Kira-kira uang yang diberikannya adalah 20 ribu-30 ribu yen jika teman
kantor.
- Goshuugi tersebut diberikan kepada resepsionis pernikahan sambil mengucapkan
salam persahabatan, misalnya;
*Honjitsu omedetou gozaimasu... Kokorobakari no oiwaidesu".
(Selamat... ini sedikit hadiah untuk mempelai).
4. Sambutan (Speech) & Pembawa Acara (MC)
Jika kita diminta untuk memberikan sambutan atau sebagai pembawa acara,
ada beberapa kata yang tidak boleh diucapkan, yaitu:
Wakareru (berpisah), owaru (berakhir), hanareru (berjauhan), kiru (memotong) karena
khawatir hal tsb akan terjadi dalam rumah tangga kelak.
Contoh;
- Ucapan penutup acara pernikahan
(X) Hiroen o owari ni shimasu (Kita akhiri upacara ini) -- diganti menjadi -->
(O) Hiroen o ohiraki ni shimasu (Kita tutup upacara ini).
- Ucapan ketika mempersilakan memotong kue
(X) Wedingu keeki o kiru ( silakan memotong kue) -- diganti menjadi -->
(O) Wedingu keeki ni naifu o ireru (silakan memasukan pisau ke wedding cake).
5. Pesta Lanjutan (Nijikai)
Setelah upacara pernikahan tersebut selesai, beberapa kerabat atau sahabat dekat
akan diundang ke pesta lanjutan yang disebut "Nijikai" (post reception party).
6. Ucapan Perpisahan
Setelah upacara/ pesta pernikahan selesai, kita berpamitan pada mempelai
dengan mengucapkan salam perpisahan, misalnya:
"Oshiawaseni... Totemo tanoshii paatii deshita".
(Semoga berbahagia... pestanya sangat menyenangkan).
Beberapa Ucapan Selamat Kepada Mempelai *
- Kekkon omedetou gozaimasu. Suenagaku oshiawaseni
(Selamat atas penikahan anda. Semoga awet dan berbahagia)
- Kekkon omedetou gozaimasu. Ofutari no mirai ga subarashiimono de arimasuyouni
(Selamat atas pernikahan anda. Semoga penuh dengan harapan indah bagi berdua)
- Kekkon omedetou gozaimasu. Ofutari de, nakayoku, atatakai katei o kizuiteitte
kudasai.
(Selamat atas pernikahan anda. Semoga berdua rukun selalu dan membentuk keluarga
yang menyenangkan)
Saat ini, adat pernikahan bergaya Barat, seperti ritual pemotongan kue, pertukaran cincin, dan bulan madu, sering kali dipadukan dengan adat tradisional Jepang.
Upacara pernikahan Shinto sifatnya sangat pribadi, hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Seringkali diadakan di sebuah tempat suci atau altar suci yang dipimpin oleh pendeta Shinto. Banyak hotel dan restauran yang dilengkapi dengan sebuah ruangan khusus bagi upacara pernikahan.
Selama hari-hari keberuntungan tertentu dalam kalender Jepang, sangat lumrah untuk melihat lusinan pasangan mengikat janji dalam pernikahan Jepang di tempat suci Shinto.
Di awal upacara pernikahan, pasangan dimurnikan oleh pendeta Shinto. Kemudian pasangan berpartisipasi dalam sebuah ritual yang dinamakan san-sankudo. Selama ritual ini, mempelai perempuan dan pria bergiliran menghirup sake, sejenis anggur yang terbuat dari beras yang difermentasikan, masing-masing menghirup sembilan kali dari tiga cangkir yang disediakan.
Saat mempelai perempuan dan pria mengucap janji, keluarga mereka saling berhadapan (umumnya kedua mempelai yang saling berhadapan). Setelah itu, anggota keluarga dan kerabat dekat dari kedua mempelai saling bergantian minum sake, menandakan persatuan atau ikatan melalui pernikahan.
Upacara ditutup dengan mengeluarkan sesaji berupa ranting Sakaki (sejenis pohon keramat) yang ditujukan kepada Dewa Shinto. Tujuan kebanyakan ritual Shinto adalah untuk mengusir roh-roh jahat dengan cara pembersihan, doa dan persembahan kepada Dewa.
Prosesi singkat ini sederhana dalam pelaksanaannya namun sungguh-sungguh khidmat. Maknanya untuk memperkuat janji pernikahan dan mengikat pernikahan fisik kedua mempelai secara rohani.
Apabila sepasang mempelai Jepang ingin melaksanakan pernikahan tradisional Jepang yang murni, maka kulit sang mempelai perempuan akan dicat putih dari kepala hingga ujung kaki yang melambangkan kesucian dan dengan nyata menyatakan status kesuciannya kepada para dewa.
Mempelai perempuan umumnya akan diminta memilih antara dua topi pernikahan tradisional. Satu adalah penutup kepala pernikahan berwarna putih yang disebut tsuni kakushi (secara harafiah bermakna "menyembunyikan tanduk"). Tutup kepala ini dipenuhi dengan ornamen rambut kanzashi di bagian atasnya di mana mempelai perempuan mengenakannya sebagai tudung untuk menyembunyikan "tanduk kecemburuan", keakuan dan egoisme dari ibu mertua - yang sekarang akan menjadi kepala keluarga.
Masyarakat Jepang percaya bahwa cacat karakter seperti ini perlu ditunjukkan dalam sebuah pernikahan di depan mempelai pria dan keluarganya.
Penutup kepala yang ditempelkan pada kimono putih mempelai perempuan, juga melambangkan ketetapan hatinya untuk menjadi istri yang patuh dan lembut dan kesediannya untuk melaksanakan perannya dengan kesabaran dan ketenangan. Sebagai tambahan, merupakan kepercayaan tradisional bahwa rambut dibiarkan tidak dibersihkan, sehingga umum bagi orang yang mengenakan hiasan kepala untuk menyembunyikan rambutnya.
Hiasan kepala tradisional lain yang dapat dipilih mempelai perempuan adalah wata boushi. Menurut adat, wajah mempelai perempuan benar-benar tersembunyi dari siapapun kecuali mempelai pria. Hal ini menunjukkan kesopanan, yang sekaligus mencerminkan kualitas kebijakan yang paling dihargai dalam pribadi perempuan.
Mempelai pria mengenakan kimono berwarna hitam pada upacara pernikahan.
Ibu sang mempelai perempuan menyerahkan anak perempuannya dengan menurunkan tudung sang anak, namun, ayah dari mempelai perempuan mengikuti tradisi berjalan mengiringi anak perempuannya menuju altar seperti yang dilakukan para ayah orang Barat.
Seperti umumnya di Indonesia, para tamu yang diundang pada pesta pernikahan di Jepang, perlu membawa uang sumbangan dalam dompet mereka. Hal ini karena mereka diharapkan memberikan pasangan goshugi atau uang pemberian yang dimasukkan dalam amplop, yang dapat diberikan baik sebelum atau sesudah upacara pernikahan.
Di akhir resepsi pernikahan, tandamata atau hikidemono seperti permen, peralatan makan, atau pernak-pernik pernikahan, diletakkan dalam sebuah tas dan diberikan kepada para tamu untuk dibawa pulang.
Jika kita menerima surat undangan pernikahan dari seorang teman warga negara jepang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Menjawab Undangan Pernikahan
Setelah undangan diterima, diharuskan kita segera membalas isi undangan tsb, dengan mengirimkan kartu pos apakah dapat hadir atau tidak.
1A. Jika Tidak Dapat Hadir
a. Dalam kartu pos kita tulis ucapan selamat & alasan tidak bisa hadir, misalnya;
"Kekkon omedetou gozaimasu. Zannen nagara, toujitsu wa kaigaishucchou no tame,
shussekisuru koto ga dekimasen. Douzo oshiawase".
(Selamat atas pernikahan anda. Sayang sekali, pada hari tersebut saya tidak bisa
hadir karena ada tugas ke luar negri. Semoga berbahagia).
b. Mengirinkan hadiah tanda ikut bergembira. Tetapi perlu diingat, ada beberapa barang yang tidak bisa diberikan karena dipercaya orang jepang dapat merusak kehidupan rumah tangganya kelak, yaitu;
- Pisau, gunting, dll, barang yang dapat memutuskan sesuatu, karena khawatir akan
memutuskan ikatan pernikahan kelak.
- Barang pecah belah sepeti gelas kaca, keramik, dll karena khawatir akan memecah
belah kerukunan berumah tangga.
1B. Jika Dapat Hadir
a. Dalam kartu pos kita ucapan selamat & terima kasih atas undangan tersebut,
misalnya;
"Kekkon omedetou gozaimasu. Yorokonde shussekisaseteitadakimasu".
(Selamat atas pernikahan anda. Dengan senang hati saya akan menghadirinya).
2. Pakaian Yang Digunakan
Pakaian yang digunakan, untuk pria black suit, untuk wanita gaun, kimono,
atau pakaian daerah lainnya.
3. Mempersiapkan Hadiah Pernikahan Berupa Uang
- Mempersiapkan uang yang disebut "Goshuugi" (congratulatory monetary gift) yg
dimasukan ke dalam amplop khusus yang disebut "Shuugibukuro" (congratulatory
envelope). Kira-kira uang yang diberikannya adalah 20 ribu-30 ribu yen jika teman
kantor.
- Goshuugi tersebut diberikan kepada resepsionis pernikahan sambil mengucapkan
salam persahabatan, misalnya;
*Honjitsu omedetou gozaimasu... Kokorobakari no oiwaidesu".
(Selamat... ini sedikit hadiah untuk mempelai).
4. Sambutan (Speech) & Pembawa Acara (MC)
Jika kita diminta untuk memberikan sambutan atau sebagai pembawa acara,
ada beberapa kata yang tidak boleh diucapkan, yaitu:
Wakareru (berpisah), owaru (berakhir), hanareru (berjauhan), kiru (memotong) karena
khawatir hal tsb akan terjadi dalam rumah tangga kelak.
Contoh;
- Ucapan penutup acara pernikahan
(X) Hiroen o owari ni shimasu (Kita akhiri upacara ini) -- diganti menjadi -->
(O) Hiroen o ohiraki ni shimasu (Kita tutup upacara ini).
- Ucapan ketika mempersilakan memotong kue
(X) Wedingu keeki o kiru ( silakan memotong kue) -- diganti menjadi -->
(O) Wedingu keeki ni naifu o ireru (silakan memasukan pisau ke wedding cake).
5. Pesta Lanjutan (Nijikai)
Setelah upacara pernikahan tersebut selesai, beberapa kerabat atau sahabat dekat
akan diundang ke pesta lanjutan yang disebut "Nijikai" (post reception party).
6. Ucapan Perpisahan
Setelah upacara/ pesta pernikahan selesai, kita berpamitan pada mempelai
dengan mengucapkan salam perpisahan, misalnya:
"Oshiawaseni... Totemo tanoshii paatii deshita".
(Semoga berbahagia... pestanya sangat menyenangkan).
Beberapa Ucapan Selamat Kepada Mempelai *
- Kekkon omedetou gozaimasu. Suenagaku oshiawaseni
(Selamat atas penikahan anda. Semoga awet dan berbahagia)
- Kekkon omedetou gozaimasu. Ofutari no mirai ga subarashiimono de arimasuyouni
(Selamat atas pernikahan anda. Semoga penuh dengan harapan indah bagi berdua)
- Kekkon omedetou gozaimasu. Ofutari de, nakayoku, atatakai katei o kizuiteitte
kudasai.
(Selamat atas pernikahan anda. Semoga berdua rukun selalu dan membentuk keluarga
yang menyenangkan)
Sabtu, 31 Juli 2010
Upacara minum teh jepang
(茶道, sadō, chadō, jalan teh) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō (茶の湯, chatō?) atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang chanoyu2digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.
History and Art
Much has been written about the history of Japan, but as we all know, history is not always true. To see actual history, we must look at what is painted, carved and printed as art! This means that the common people are the ones who really know what is happening in their own country and their artistic work shows it.
We can see, in the carvings of netsuke, paintings and woodblock prints, the views of foreigners that the old Japanese had. They showed the strange dress and manners of the foreign people. The government was, generally, against foreigners and any of their ideas. The common people, however, wanted the products and benefits that the new visitors could give to Japan.
The arrival in Tokyo Bay, in 1853, of an American fleet under Commodore Matthew Perry, started many changes in Japan. Much foreign technology was adopted and shortly after that visit, the Meiji Restoration began Japan’s growth into a position of world power.
In Yokohama, which was often called “The Wildwest of the Far East” due its violent nature, the foreign visitors were exciting art subjects and not considered as enemies at all. Their inventions charmed the people. The designers, carvers, printers and publishers of woodblock prints are what we can consider as the real historians of that time.
We must always look at art to show us the true sprit of a nation. That is one of the reasons that I like Japan so much. It shows me its real feelings, culture and heart through its splendid art and customs!
Origami
Origami adalah seni melipat kertas (ori=lipat, gami/kami=kertas)
Origami (origami) (from oru meaning “folding”, and kami meaning “paper”) is the traditional Japanese art of paper folding. The goal of this art is to create a representation of an object using geometric folds and crease patterns preferably without the use of gluing or cutting the paper, and using only one piece of paper.
Origami only uses a small number of different folds, but they can be combined in a variety of ways to make intricate designs. The most well known form is probably the Japanese paper crane. In general, these designs begin with a square sheet of paper whose sides may be different colors or prints.
Jumat, 19 Maret 2010
PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK
Pemrograman berorientasi objek : Merupakan paradigma pemrograman yang berorientasikan kepada objek. Semua data dan fungsi didalam paradigma ini dibungkus dalam kelas-kelas atau objek - objek. Bandingkan dengan logika pemrograman terstruktur. Setiap objek dapat menerima pesan, memproses data atau mengirim pesan ke objek lainnya.
Model data berorientasi objek dikatakan dapat memberikan fleksibilitas yang lebih, kemudahan mengubah program, dan digunakan luas dalam teknik piranti lunak skala besar. Lebih jauh lagi, pendukung OOP mengklaim bahwa OOP lebih mudah dipelajari bagi pemula dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya, dan pendekatan OOP lebih mudah dikeembangkan dan dirawat.
Konsep Dasar Dari Pemrograman Berorientasi Objek
Model data berorientasi objek dikatakan dapat memberikan fleksibilitas yang lebih, kemudahan mengubah program, dan digunakan luas dalam teknik piranti lunak skala besar. Lebih jauh lagi, pendukung OOP mengklaim bahwa OOP lebih mudah dipelajari bagi pemula dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya, dan pendekatan OOP lebih mudah dikeembangkan dan dirawat.
Konsep Dasar Dari Pemrograman Berorientasi Objek
- Kelas : Kumpulan atas defenisi data dan fungsi - fungsi dalam suatu unit untuk suatu tujuan tertentu. Sebagai contoh 'class of dog' adalah suatu unit yang terdiri atas defenisi - defenisi data dan fungsi yang menunjukkan pada berbagai macam perilaku/ turunan dari anjing. Sebuah class adalah dasar dari modularitas dan struktur dalam pemrograman borientasi objek
- Objek : Membungkus data dan fungsi bersama menjadi suatu unit dalam sebuah program komputer, objek merupakan dasar dari modularitas dan struktur dalam sebuah program komputer berorientasi objek.
- Abstrak : Kemampuan sebuah program untuk melewati aspek informasi yang di proses olehnya, yaitu kemampuan untuk memfokus pada inti.
- Enkapsulasi : Memastikan pengguna sebuah objek tidak dapat mengganti keadaan dalam dari sebuah objek dengan cara yang tidak layak
- Polimorfisme : Melalui pengiriman pesan
- Inheritas : Mengatur polimorfisme dan enkapsulasi dengan mengijinkan objek didefenisikan dan diciptakan dengan jenis khusus dari objek yang sudah ada.
Langganan:
Postingan (Atom)